Pages

Kamis, 30 Agustus 2012

Kamis, Agustus 30, 2012 - 89 comments

Apa sih Tujuan Sebenarnya LSM itu?

Lembaga swadaya masyarakat (disingkat LSM) adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya.
Organisasi ini dalam terjemahan harfiahnya dari Bahasa Inggris dikenal juga sebagai Organisasi non pemerintah (disingkat ornop atau ONP (Bahasa Inggris: non-governmental organization; NGO).
Organisasi tersebut bukan menjadi bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun negara. Maka secara garis besar organisasi non pemerintah dapat di lihat dengan ciri sbb :
  • Organisasi ini bukan bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun negara
  • Dalam melakukan kegiatan tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan (nirlaba)
  • Kegiatan dilakukan untuk kepentingan masyarakat umum, tidak hanya untuk kepentingan para anggota seperti yang di lakukan koperasi ataupun organisasi profesi
(wikipedia)

Ane sedikit tertarik membahas ni lembaga yang konon kata nya bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat? Is that true? Mari kita lihat saja secara bertahap.

Oke, berawal dari sebuah tulisan uwak Jack Soetopo di kompasiana ane jadi semakin tertarik untuk mengupas yang namanya LSM ini. Mengapa demikian? Ya saya rasa LSM pada era sekarang ini sudah berubah fungsinya walaupun tidak semua ya, ane takut kena kasus wak Denny :takut :ngakak

Sebelumya kita simak dulu tulisan uwak Jack:

Inilah yg penjelasan sedikit tentang LSM. Di Indonesia, LSM mungkin sedikit berbeda. Lalu apa kesalahannya?
  1. Organisasi Donor…..apa artinya….donor…..Organisasi yg memiliki kekayaan.
  2. Organisasi Pemerintah….apa artinya bekerja dgn pemerintah
  3. Organisasi Professional….artinya anggota2 professional
  4. Organisasi oposisi…..artinya penyeimbang pemerintah
Kesalahanya semua adalah setiap LSM membutuhkan dana. Membutuhkan sponsor. Sponsor mau mangawasi dananya. Sehingga independensinya berkurang…atau hilang sama sekali.
Kesalahan kedua, LSM menyalahi kata LSM itu sendiri, yaitu Swadaya. Karena swadaya artinya Tenaga sendiri. Disinilah kita harus membedakan antara organisasi Nonprofit dan swadaya. Karena organisasi non profit adalah suatu alat yg dipakai di Negara barat untuk tidak dibebaskan dari pajak baik pajak penghasilan, barang maupun tanah. Pertanyaannya adalah bagaimana LSM di Indoensia mau berswadaya?
Kesalahan ketiga adalah, Cara berpikir yang terbalik. Contohnya: seperti kejadian di Pulau Enggano, LSM mendirikan Solar panel, padahal masayrakat di Enggano butuh teknologi bertani yg modern, berkebun yg menghasilkan, butuh cara yg efektif dalam menangkap ikan atau kepiting atau udang. Sehingga mereka bisa punya uang sendiri, mau beli Genset atau Solar panel, atau Kapal ikan yg besar, atau motor, atau becak sendiri. Kembali lagi ke soal Dana….Seperti komersial Handphone di Indonesia, segitu maraknya sampai seperti Trend, semua org hrs punya, kalau perlu 2 atau 3 perkeluarga. Padahal 12 thn yg lalu Negara US saja hanya business person yg punya, itu pun sebesar batu bata, atau tas ransel tentara dgn antenna yg tinggi menonjol. Di Indonesia saja penduduknya yg pakai HP menghabiskan rata2 50USD/bulannya. Jadi kalau dalam setahun menghabiskan 600USD. Menghabiskan 20-30% incomenya untuk ngobrol saja. Belum termasuk makan, bayar listrik, transportasi, tempat tinggal. Akhirnya….menjadi ….
Kesalahan keempat adalah LSM menjadi Window dressing saja….pameran…Seperti screen saver dijual belikan untuk mencari dana. Dalam arti mengikuti trend, LSM menjadi zombie, maksudnya tidak punya uang lagi, tetapi kalau ada acara pelantikan kepalanya di Hotel berbintang 5. Disitu mereka berbicara bagaimana miskinnya masyarakat2 yg mereka bela. Mereka beli mobil2 yg mewah. Kemana2 naik 1st class airplane. Kantornya di Daerah yg mahal. USD8,000/bln.

Lanjoott……, nah ini hanya sebagian kecil saja, ane hidup dan bekerja setidaknya ada beberapa LSM dilingkungan kehidupan ane. Ane tidak sebutkan namanya nanti bisa berabe urusannya, :nohope setiap bulan itu sedikitnya ada 3 yang keluar masuk lingkungan ane dengan tujuan berbeda2 dengan modus yang berbeda2 sampai ada yang ngaku2 utusan BIN :capede 

Disni ane menitik beratkan point ke dua ciri dari sebuah LSM yaitu “Dalam melakukan kegiatan tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan (nirlaba)”. Ane rasa sebagian kecil atau mungkin sebagian besar LSM tidak lagi berpegangan pada point ini memandang begitu gencar dan semangatnya sebuah LSM itu dalam memantau perkembangan sebuah institusi baik pemerintah maupun swasta, untuk kepentingan siapakah? Untuk kepentingan masyarakat atau untuk kepentingan pribadi semata? Coba kita survey masyarakat kecil indonesia mengerti tidak apa itu LSM?   Pak/bu apa saja yang sudah diberikan kepada Bapak/Ibu? Yooo LSM iku opo toh ndok? :hammer 

Berapa banyak masyarakat kecil indonesia saat ini? Dan sudah sejauh mana peran dan semangat pengorbanan LSM tersebut kepada mereka dibanding semangat yang berkobar2 mencari celah di sebuah institusi? Jawab saja sendiri tidak perlu ane yg jawab mungkin dah pada tau atau mungkin tidak tau sama sekali :hammer 
Lumayan miris memang ane melihat perkembangan dan kinerja LSM ada akhir2 ini dalam tanda kutip LSM yang “Nakal” ya, mungkin anda sebagai ketua atau bagian dan anggota dari LSM yang baik mungkin akan mengabaikan kata2 saya ini. Sudah jelas LSM yang demikian itu bertujuan untuk mencari keuntungan sepihak. Ane punya pengalaman dengan beberapa LSM yang mempunyai modus operandi tertentu berikut penggalan percakapan yg terjadi:

LSM   : selamat pagi, bapak pimpinan ada?

Ane   : Kebetulan baru saja keluar pak, ada perlu apa kira2 pak?

LSM   : kami dari LSM Blablabla.. ingin mengadakan pemeriksanaan  di instansi bapak (sambil  menunjukkan identitas)

Ane   : WTF..!! (dalam hati) :ngakak, atas dasar apa pak?

LSM   : ini surat tugas kami dari atasan untuk memeriksa dan mengaudit (sambil menunjukkan surat tugas, ada tanda tangan kepala BIN nya gan :cd, seribu surat beginian ane juga bisa buat :ngakak)

Ane   : (senyam senyum) Wah, kami tidak bisa sembarangan menunjukan dokumen kepada pihak tertentu karena kami juga berada dalam pengawasan Lembaga yang kami naungi. Dan mereka yg berhak atas itu.

LSM   : Begini saja pak, kami hanya perlu beberapa data dari instansi bapak dan bapak bisa mengisi nya di formulir ini (sambil menyodorkan form)

Ane   : Kalau sekedar beberapa informasi mungkin bisa kami berikan (ane isi juga alakadarnya)

Ane   : ini sudah selesai, yang tidak saya isi mohon maaf. Terimakasih atas kunjungannya pak (langsung ane salam)

LSM   : kira2 kapan bisa ketemu sama bapak pimpinan ya pak? (mencoba ngulur waktu seperti ada yg di tunggu padahal udah ane salam)

Ane   : mungkin hari senin depan kalau bapak datang pagi bisa ketemu

LSM   : iya, tidak enak juga kalau tidak ketemu langsung dengan beliau

Ane   : iya pak tapi bagaimana lagi,kan beliau sedang keluar

LSM   : begini pak kami juga butuh partisipasi dari Bapak dalam pengembangan LSM ini

Ane   : Partisipasi bagaimana pak? :matabelo (pura2 gak tau)

LSM   : Ya sekedar transport pak

Ane   : (pengembangan kok lari ke transport :hammer) owhh… begitu. Ya karena pimpinan sedang tidak ada ditempat saya tidak dapat ngambil keputusan pak

LSM   : hubungi saja dulu Bapak pimpinan pak

Ane   : Weeewwww……., ngotot ni orang (dalam hati)
Ya sudah begini saja pak, besok atau senin pagi saja bapak kembali lagi, biar lebih enak langsung ngomong dengan pimpinan saya saja. Saya hanya dapat memberikan informasi sekedarnya saja.

LSM   : ya sudah la kalau begitu kami permisi dulu (dengan muka ketus langsung bergegas)

Ane   : :ngakak (dalam hati)

Apa yang dilakukan LSM tersebut telah memberikan contoh tidak pantas dan dapat mencoreng nama baik LSM tentunya. Bagaimana bisa sebuah Lembaga Swadaya berubah menjadi lembaga peminta2. tidak hanya di Instansi ane rekan2 lain juga punya pengalaman yang sama dengan modus yang sama.

Untuk itu marilah kepada segenap LSM agar lebih lurus dalam menjalankan tugas dan fungsinya, jika tidak bisa berdiri secara independen tak perlu lah kiranya di bentuk LSM nanti ujung2 nya hanya meresahkan masyarakat itu sendiri. Bagi di sebagian Instansi baik pemerintahan maupun swasta LSM bahkan sudah menjadi sebuah Momok yang menakutkan dengan modus2 tertentunya. Marilah kita bekerja dengan hati nurani dan menyampingkan kepentingan kantong pribadi jika ingin memperbaiki dan mengedepankan kepentingan masyarakat   


Kamis, Agustus 30, 2012 - 2 comments

saya takut hidup di jakarta

Ini rintihan hati saya sebagai seorang pendatang yang mencoba mencari nafkah di ibukota negara di JAKARTA, ini kejadian baru beberapa hari yang lalu saya alami.
cerita pertama:
Setelah makan siang di restoran di bilangan Sudirman, saya jalan kaki pulang ke kantor bersama seorang temen sekantor. Kami memutuskan untuk jalan kaki karena selain tempatnya ga terlalu jauh, jam makan siang di Jalan Jenderal Sudirman selalu macetnya parah.

Nah, lagi asyik-asyiknya jalan sambil ngobrol ngalor ngidul, tiba-tba terdengar klakson motor kenceng banget di belakang kami. Karena merasa aman sudah berjalan di trotoar, kami ga ambil pusing dengan suara klakson itu. Sekonyong-konyong suara klakson dan gas ditekan sangat kenceng sudah berada beberapa senti di belakang kami.

“Wooi!!! Minggir! Mau mati lo?!!! teriak si pengendara motor.

Rupanya karena terlalu macet, banyak motor naik ke atas trotoar untuk mencari jalan. Karena ga merasa bersalah, kami pura-pura ga denger dan juga ga mau minggir. Begitu juga para pejalan kaki yang lain. Dan apa yang terjadi?

Brak! Pengendara motor itu tiba-tiba menghantamkan helmya ke punggung saya keras banget. Saya tentu saja marah bukan main dan menghampiri pengendara motor tersebut.

“Heh ngapain lo mukul gue?” bentak saya.

“Kenapa lo ga minggir? Lo mau mampus ya? Udah tau gue mau lewat.” Habis bekata begitu dia memasang posisi berantem dengan helm sebagai senjata.

“Eh Tong, ini trotoar. Lo udah salah kenapa malah lo yang marah?” Saya bales membentak.

“Lo kan liat jalanan macet. Ngalah dikit dong sama motor yang mau lewat.” Dia malah ngebalas lebih galak lagi.

“Hei Tong. Yang namanya trotoar itu buat pejalan kaki, sana lo balik lagi ke jalan.” sahut saya kesel banget.

“Lo mau jadi jagoan ya? Lo ga tau siapa gue ya?” Orang itu semakin murka dan mendorong tubuh saya, tapi kali ini saya udah siap. Saya ngeles ke samping lalu balas ngedorong badannya. Si pengendara motor terhuyung lalu menyerang lagi dengan helmnya. Dan ga lama kemudian terjadilah perkelahian di atara kami.

Beberapa orang dari kerumunan berusaha memisahkan kami. Dan ga lama kemudian ada polisi dateng dan turut membantu memisahkan kami. setelah suasana reda, polisi menanyakan penyebab perkelahian pada semua orang. Setelah itu dia menghampiri si pengendara motor.

“Kamu yang salah!” hardik Si Polisi, “Udah tau trotoar buat pejalan kaki, kamu bisa saya tilang tau?”

“Silakan kalo mau tilang tapi bapak juga harus menilang mereka semua.” kata Si Pengendara motor seraya menunjuk puluhan motor yang juga ada di atas trotoar.

Si Polisi keliatan kebingungan.

“Jangan main-main sama saya. saya ini pengacara!!” kata orang itu lagi menggeretak Si Polisi.

Lucunya bukannya menindak orang itu, Si Polisi malah nyamperin saya, “Kamu yang salah. Kenapa kamu ga membiarkan orang lain lewat?”

Lah? Gimana sih ini polisi? Bukannya polisi yang bikin peraturan berlalu-lintas? Saya yang ga ngelanggar aturan kok ikut-ikutan disalahin?

“Loh bukannya Bapak yang bilang tadi kalo trotoar buat pejalan kaki?”

“Iya betul tapi kalo kamu ngalah sedikit, keributan ini tidak perlu terjadi. Jadi kamu yang menyebabkan keributan.” sahut polisi ini lagi.

Sontoloyo! Kalo penegakan hukum harus diselipin sama kompromi ya pantes aja hukum ga jalan. Pantes aja orang ga takut melanggar peraturan dan undang-undang.

Yang kedua:
Kali ini yang dapet masalah bukan saya. Tapi saya ngeliat sendiri peristiwanya dari dekat. Saya baru pulang makan malam di Restoran Nasi Goreng Kemang sama seorang temen. Pulangnya saya berenti di lampu merah yang menghadap ke arah McDonald. Di paling depan ada beberapa motor yang keliatannya merupakan satu rombongan, lalu di belakangnya sebuah mobil APV warna hitam dan mobil saya tepat setelah APV tadi.

Ketika lampu hijau menyala, motor-motor yang ada di paling depan tidak juga beranjak. Kayaknya para pengendara itu terlalu asyik ngobrol satu sama lain. Setelah menunggu beberapa detik, supir APV jadi kurang sabaran dan langsung ngelakson berkali-kali. Dan apa yang tejadi?

Bukannya beranjak dari situ, para pengendara motor malah murka. Mereka menyetandard motornya di tengah jalan lalu sekitar 8 orang melepaskan helmnya. Selanjutnya terdengar suara Brak…bruk…brak…bruk!!!!

Seperti adegan di film-film Hollywood, rombongan anak muda itu menghantam mobil APV dengan ganas. Mobil malang itu penyok-penyok dan semua lampu depan dan belakang hancur berantakan. Pengemudinya ketakutan bukan main sehingga memutuskan untuk tetap tinggal di dalam mobil.

Puas menghancurkan mobil, semua anak muda itu kembali ke motornya dan meninggalkan tempat itu bagai jagoan di film-film koboy. Astaghfirullah!


Wahai Jakarta…ada apa denganmu? kenapa saya hampir ga mengenalimu lagi? Kenapa bangsa kita berubah drastis dari bangsa yang ramah tamah menjadi bangsa yang sangat pemarah?

Di negeri ini, setan pengadu domba mengintai di mana-mana. Ricuh di istana, kisruh di dalam dan di luar gedung DPR, tawuran di jalan-jalan, perang di Pilkada, perkelahian massal di lapangan sepakbola…hadoh!
Di mana kalian pernah merasa aman? Tiap bepergian ke luar rumah maut mengintai. Pesawat jatuh, kapal laut tenggelam, kereta api terguling, bis masuk jurang, perampokan di taxi, pemerkosaan di angkot. Bahkan jalan kaki di trotoar pun kita bisa mati diterjang mobil yang dikendarai pengemudi mabuk.