Pages

Jumat, 11 Mei 2012

Jumat, Mei 11, 2012 - 4 comments

Realita Mahasiswa Modern

Sebelumnya mari kita mundur sejenak ke masa lalu walaupun ane belum lahir, dan menurut cerita2 mereka2 yg sudah tua itu :D Sekitar tahun 60-80 an. Walau jumlah kampus masih sangat sedikit, dunia kampus kala itu, tidak hanya bermutu secara intelektual mahasiswa, tapi juga melahirkan mahasiswa bermutu dari sisi semangat bergerak dan berjuang. Mahasiswa yang ada bukanlah generasi mahasiswa yang berjuang karena azas manfaat dan pragmatis. Mahasiswa yang lahir pada era itu ialah generasi mahasiswa yang paham betul tuntutan masyarakat. Bergerak dalam pergerakan demi terpenuhnya hak-hak rakyat yang tertindas penguasa tirani. Berjuang dengan terus mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat.

Perlu diingat, (ingok2 ting) walau mereka aktif dalam dunia pergerakan mahasiswa, dalam perkuliahan mereka benar-benar mendapatkan ilmu sesuai bidangnya. ilmu yang dipelajari tersebut bukan hanya ditujukan untuk mendapat nilai dan IPK besar  bukan kebanyakan hal nya sekarang ini, tanpa pemikiran yang matang masuk ke suatu perguruan tinggi atas dasar apa juga bila ditanya mereka pasti jawabannya kebanyakan bukan dari kemauan diri sendiri. :capede

Kondisi mahasiswa ‘tempoe doeloe’. Tidak cukup hanya dengan kuliah dan aktif dalam pergerakan. Mereka juga rela kuliah sambil kerja kasar untuk membiayai kuliahnya, demi kelangsungan hidup mereka dan keluarganya. Perjuangan gigih yang mereka lakukan justru tidak sekedar mencetak otak yang cerdas untuk masalah akademik. Tapi juga cerdas dalam mengarungi kehidupan. Mereka bersentuhan langsung dengan realita yang penuh warna. Warna putih, hitam bahkan abu-abu.
Mahasiswa sekarang ‘dipaksa’ untuk hanya menyibukan diri mengejar prestasi akademik lewat IPK yang besar, dipaksa untuk cepat tamat kuliah, ‘dipaksa’ untuk menolak ajakan aksi koreksi atas kebijakan penguasa. ‘dipaksa’ untuk tidak melek politik apalagi ngomong politik. Kini, mahasiswa disuap oleh materi-materi sekuler yang lahir dari kurikulum yang sekuler pula. Alhasil, akibat bodohnya otak mahasiswa sekarang, banyak mahasiswa bangga hanya karena diiming-iming bekerja diperusahaan asing, mendapatkan beasiswa ke luar negeri –padahal itu (tidak semua) merupakan salah satu strategi brain wash-, bangga gaji besar, dan bangga ‘dibeli’ oleh partai politik dan sebagainya. :berbusa

Terlepas dari fakta sejarah diatas, setiap generasi menuntut peran yang berbeda dari mahasiswa. Setiap masa ada pejuang dan pemenangnya masing-masing. Setiap era dengan berbagai realitanya akan membagi kelompok mahasiswa, menjadi biasa atau mahasiswa luar biasa. Setiap zaman akan ada pembagian, menjadi pemain ataukah penonton.





































Hahahaha…, serius amat ngonggongin masalah perkuliahan,
Masuklah kita ke zaman sekarang ini zaman yang penuh dengan kelap kelip mewahnya dunia, zaman monyet sudah pandai berdandan, zaman memasuki masa kegelapan yang sebenar2nya, Cuma karena diterangi oleh lampu2 gedung dan jalanan menjadi teranglah keliatan nya :hammer. Apa yang dapat kita lihat sekarang ini? Apa yang dapat kita saksikan sekarang ini adalah realita show kehidupan pendidikan tinggi di Negeri kita ini Indonesia Raya. Apakah tujuan anda memasuki perguruan tinggi? Menuntut ilmu? Agar mudah mencari pekerjaan? Biar bisa naik pangkat? Atau Cuma trend2 an ikut teman2 saja? Setelah selesai kuliah apa rencana selanjutnya?

Lagi mumet gak bisa mikir…, ntar disambung lagi ya ………………… :ngacir:

lanjoetttt........,
sampai dimana tadi? 

ane terlebih dahulu akan bahas tentang gaya hidup dan gaya belajar mahasiwa yang masih kuliah tok, masih pakai duit orang tuanya buat membiayai segala hal dalam perkuliahannya. Mahasiswa jenis ini biasanya digolongkan mahasiswa yang sedikit labil, mahasiswa ababil , walaupun ababil biasa di kaitkan dengan anak SMP atau SMA tapi tak menutup kemungkinan mahasiswa bisa di golongkan sebagai makhluk ababil. saya tidak mengatakan mahasiswa yang seperti kategori yang disebutkan di atas keseluruhannya mengidap penyakit labil.

Kehidupan modern dengan teknologi canggih biasanya sangat mendukung dalam mengimplementasikan sikap nya sebagai seorang mahasiswa, apalagi dengan kemampuan ekonomi keluarga yang cukup mapan. dalam hal ini teknologi seharusnya menjadi suatu penunjang yang sangat berguna bagi mahasiswa, namun apa yang terjadi dengan mahasiswa sekarang ini, bukan semakin cerdas malah semakin malas ketika disuguhkan dengan segala kemudahan, karya sendiri semakin berkurang, semakin mendapat kemudahan semakin malas, dosen memberikan tugas, kebanyakn mahasiswa menerapkan sistem copas, tinggal search di internet, dapat deh. masih mending jika ada tambahan yang disisipkan dari buah pikir yang dihasilkan dirinya sendiri, ini copy dan paste bulat2. Ini merupakan suatu penyusutan daya pikir mahasiswa jaman sekarang yang mengakibatkan pikiran tersumbat, ah gampang, tugas tinggal cari di internet. pemikiran serta sikap semacam ini sangat berakibat fatal bagi kreatifitas mahasiswa.     

Dalam hal berorganisasi, mahasiswa yang kritis tidaklah mudah terpancing dalam kondisi atau hal apapun yang akan mengakibatkan dampak buruk yang akan dihasilkan. masih banyak mahasiswa2 turun kejalan yang katanya membela kepentingan rakyat, kepentingan negara, apalagi jika di dukung oleh oknum2 tertentu dari belakang tentu tanpa pikir panjang langsung menerima tawaran mereka walaupun hasil yang mereka terima itu tidak sebanding dengan akibat apa yang mereka perbuat. nah inilah mahaiswa yang di kategorikan mahasiswa labil. semakin berkembang nya jaman semakin banyak mahasiswa yang seperti ini. 


Bagaimana dengan perguruan tingginya sendiri?
Aturan di perguruan tinggi jaman sekarang seolah olah ini bisa di kendalikan sendiri oleh mahasiswa tersebut, hal ini tentunya akan sangat mempengaruhi nilai akademis yang di capai berdasarkan kenyataan di lapangan. tak heran jika sekarang banyak mahasiswa ber IP tinggi tapi kemampuannya tidaklah sesuai dengan IP yang di dapatnya tersebut, apa kata dunia? inilah yang bakalan merusak bangsa, 
Acap kali pemerintah maupun perusahaan2 dalam penerimaan pegawai / karyawan menjadikan IP itu suatu standar untuk dapat diterima di perusahaan / instansi tersebut. jika IP dibawah 2,5 wassalam, jangan harap bisa ikut test/ujian masuk. 
Nah, bagaimana dengan si Mahasiswa ber IP tinggi tersebut? mereka kemudian masuk dalam daftar calon Pegawai/karyawan pada instansi tersebut, dilakukan ujian test, bagaimana hasilnya? jika tidak memuaskan bagaimana langkah selanjutnya? anda tentu sudah taulah. hepeng do sude na mangatur nagara on.
Ane jadi lupa mau nulis apa lagi.....,
nanti disambung setelah sholat Jum'at :ngacir: .................

4 komentar:

Berkunjung gan ditunggu kunjungan baliknya..hehe

Manttap gan, thanks bwt artikelnya. Lumayan bwt nambah refrensi untuk makalah. ������

Posting Komentar